Khamis, 28 April 2011

Hati bersih,kembalikan cahaya iman dan islam..Insya-Allah..Amek dari blog AhmadfAris


SETIAP hamba pasti pernah melalui hari mendung dalam hidupnya. Ketika itu dia akan berada dalam zon iman yang lemah dan keadaan itu membuat dirinya sangat tertekan. Apakah mungkin hidupnya boleh tenang jika hubungan dia dengan Allah Taala terancam?

Banyak sebab yang menyumbang kepada keadaan seperti itu. Antaranya ialah jika kita terlalu obses terhadap dunia hingga melupakan matlamat sebenar hidup ini. Tetapi bersyukurlah kepada Allah SWT kerana hati anda masih lagi hidup dan berasa sempit apabila menyedari kealpaan yang lalu.

Anda masih memiliki semangat untuk bangkit mencari iman yang hilang. Tetapi persoalannya, di manakah kita boleh menemukan iman yang hilang itu? Ada beberapa tempat yang boleh kita kunjungi untuk mencari keimanan sejati. Antaranya;

Di hati kita sendiri. Sesiapa yang mahu memperbaiki diri mesti melihat ke dalam lubuk hatinya. Di situlah asal mula kebaikan bercambah menjadi benih yang baik. Hati yang hidup biasanya sibuk menyoal pada tuannya, kenapa kamu lakukan itu dan ini? Untuk siapa dan apa faedahnya? Hanya ada satu zat yang dapat menguatkan hati kita, apabila kita bersandar padaNya maka hilanglah segala beban yang menyesakkan dada.

Siapakah yang kita cari jika hati terlalu sedih? Siapakah yang kita tuju jika mara bahaya telah mengepung dari segenap penjuru?

Firman Allah Taala yang bermaksud: “Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tidak ada yang dapat menolak kurniaan-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” – (Surah Yunus: Ayat 107).

Hati yang sentiasa mengingati Allah SWT, di situlah akan bermula segala kebaikan tercipta. Hati yang membisikkan pada kita supaya bertaubat, melupakan segala yang berlalu dan memulakan hidup baru.

Hati adalah tempat jatuhnya pandangan Allah SWT, tempat berkumpul rahmat dan hidayah-Nya bagi mengikis segala syahwat yang melekat di dindingnya. Jika hati boleh disentuh umpama mangkuk kristal yang mahal, tuan empunya sudah tentu menjaganya dengan penuh kasih sayang. Jangan ada debu yang melekat, sentiasa dibersih dan diletak pada tempat yang aman. Tiada tangan kotor yang mampu menjamah.

Tapi sayang hati itu begitu murah pada pandangan manusia yang lalai, di biarkan retak menanti pecah berderai oleh dosa yang hitam. Masihkah ada peluang bagi kita membersih hati yang dicipta Allah SWT untuk merasai sejuta nikmat. Nikmat iman dan Islam, nikmat kebahagiaan dan ketenangan.

Al-Fudail bin ‘Iyadh berkata: “Sesiapa yang memperbaiki hatinya kerana Allah, nescaya Dia akan memperbaiki amal perbuatanmu. Sesiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain.”

Iman yang hilang dan kehidupan sempit itu akan segera berakhir jika kita bersedia memperbaiki hubungan kita dengan Allah Taala. Melicinkan hati dari debu yang melekat, kerana tiada seorangpun yang sanggup menderita tanpa cahaya iman.

Berbuat adil terhadap diri sendiri

Adakalanya penyakit jasmani dan mental menyerang manusia silih berganti. Bukankah itu petanda wujudnya kezaliman yang kita lakukan pada diri sendiri? Pemakanan yang tidak seimbang dan rehat yang tidak mencukupi menjadi punca kurangnya daya kekebalan tubuh.

Tekanan dalam menempa karier dan kerjaya, hubungan yang tegang dengan orang lain menjadi sebab tekanan berlarutan. Tetapi adakah kita juga merasai antara sebab tekanan dalam hidup ini ialah tidak tersedianya ilmu yang cukup, iman yang kebal dan ibadat yang ikhlas? Anda boleh meminta nasihat doktor pakar atau mencari ubat alternatif yang menjadi gaya hidup manusia moden seperti rileks di spa dan melanggan pelbagai terapi yang diuji keberkesanannya. Semua itu ikhtiar yang baik selagi tidak menyalahi syarak.

Namun jangan mudah melupakan keperluan diri kita yang lain. Kalau hanya jasmani yang diambil berat, maka akan muncul ketidakseimbangan dalam hidup anda. Bagaimana dengan rohani sudahkah ia diubati?

Prof Dr Yusuf al-Qaradawi menyatakan dalam kitabnya Malamih Al-Mujtamak Al-Muslim: “Islam adalah agama yang realistik, ia berinteraksi dengan manusia secara keseluruhannya sama ada jasmaninya, rohaninya mahu pun akal dan perasaannya.Islam meminta agar semua perkara itu diberi santapan yang cukup dalam batasan sederhana. Jikalau riadah itu menjadi santapan jasmani, ibadat menjadi santapan rohani, ilmu menjadi santapan akal maka seni pula menjadi santapan perasaan.”Keadilan dalam Islam cukup jelas ukurannya. Hanya manusia saja yang tidak mampu memberi kesaksamaan untuk dirinya sendiri. Ada yang terlebih mengutamakan dunia hingga melupakan agama, ramai pula yang terpukau oleh ajaran yang menyalahi asas ketulenan Islam itu sendiri.

Keadilan untuk diri kita adalah memberi hak kepada seluruh isi tubuh ini dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW pernah menegur seorang sahabat yang sembahyang sepanjang malam dan berpuasa terus menerus pada siang harinya, sabda baginda SAW yang bermaksud: ”Sesungguhnya bagi jasadmu ada haknya, bagi mata mu ada haknya, bagi keluargamu ada haknya dan bagi tetamu mu ada haknya.”– (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Tiada yang lebih menyayangi kita selain Allah Taala dan diri kita sendiri. Jalannya telah ditunjukkan oleh Rasul-Nya SAW iaitu bersihkan hati dan berbuat adil pada tubuh badan ini.

Isnin, 11 April 2011

Sifat Malu Seorang Wanita..(amek dari blog Wirayshah..) :-)


Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.

Apa sih sifat malu itu? Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”

Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”
Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:

1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.

2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).

3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.

Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”

Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)

Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.

Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., “Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu’ban Iman. As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)

Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)

Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)

Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah swt.

Jadi, sumber sifat malu adalah muraqabatullah. Sifat itu hadir setika kita merasa di bawah pantauan Allah swt. Dengan kata lain, ketika kita dalam kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah saw. atas pertanyaan Jibril tentang ihsan.

Itulah sifat malu yang sesungguhnya. Sebagaimana yang sampai kepada kita melalui Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malulah kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya.” Kami berkata, “Ya Rasulullah, alhamdulillah, kami sesungguhnya malu.” Beliau berkata, “Bukan itu yang aku maksud. Tetapi malu kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya; yaitu menjaga kepala dan apa yang dipikirkannya, menjaga perut dari apa yang dikehendakinya. Ingatlah kematian dan ujian, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan alam akhirat, maka ia akan tinggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia memiliki sifat malu yang sesungguhnya kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shifatul Qiyamah, hadits nomor 2382)

Ingat! Malu. Bukan pemalu. Pemalu (khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu. Contohlah Ummu Sulaim Al-Anshariyah.

Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).’” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)

saat ini banyak muslimah yang salah menempatkan rasa malu. Apalagi situasi pergaulan pria-wanita saat ini begitu ikhtilath (campur baur). Ketika ada lelaki yang menyentuh atau mengulurkan tangan mengajak salaman, seorang muslimah dengan ringan menyambutnya. Ketika kita tanya, mereka menjawab, “Saya malu menolaknya.” Bagaimana jika cara bersalamannya dengan bentuk cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri)? “Ya abis gimana lagi. Ntar dibilang gak gaul. Kan tengsin (malu)!”

Bahkan ketika dilecehkan oleh tangan-tangan jahil di kendaraan umum, tidak sedikit muslimah yang diam tak bersuara. Ketika kita tanya kenapa tidak berteriak atau menghardik lelaki jahil itu, jawabnya, sekali lagi, saya malu.

Jelas itu penempatan rasa malu yang salah. Tapi, anehnya tidak sedikit muslimah yang lupa akan rasa malu saat mengenakan rok mini. Betul kepala ditutupi oleh jilbab kecil, tapi busana ketat yang diapai menonjolkan lekak-lekut tubuh. Betul mereka berpakaian, tapi hakikatnya telanjang. Jika dulu underwear adalah busana sangat pribadi, kini menjadi bagian gaya yang setiap orang bisa lihat tanpa rona merah di pipi.

Begitulah jika urat malu sudah hilang. “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta, bila kamu tidak malu, lakukanlah apa saja yang kamu inginkan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).

Ada tiga pemahaman atas sabda Rasulullah itu. Pertama, berupa ancaman. “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushhdilat: 40).

Kedua, perkataan Nabi itu memberitakan tentang kondisi orang yang tidak punya malu. Mereka bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya aturan.

Ketiga, hadits ini berisi perintah Rasulullah saw. kepada kita untuk bersikap wara’. Jadi, kita menangkap makna yang tersirat bahwa Rasulullah berkata, apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu, menghindarlah!

Salman Al-Farisi punya pemahaman lain lagi tentang hadits itu. “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila hendak membinasakan seorang hamba, maka Ia mencabut darinya rasa malu. Bila rasa malu telah dicabut, maka engkau tidak akan menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai. Bila engkau tidak menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai, maka dicabutlah pula darinya sifat amanah. Bila sifat amanah itu dicabut darinya, maka engkau tidak akan menjumpainya selain sebagai pengkhianat dan dikhianati. Bila engkau tak menemuinya selain pengkhianat dan dikhianati, maka rahmat Allah akan dicabut darinya. Bila rahmat itu dicabut darinya, maka engakau tidak akan menemukannya selain sosok pengutuk dan dikutuk. Bila engkau tidak menemukannya selain sebagai pengkutuk dan dikutuk, maka dicabutlah darinya ikatan Islam,” begitu kata Salman. (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Fitan, hadits nomor 4044, sanadnya lemah, tapi shahih)

Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.

Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.

Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah swt. memerintahahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.

Memang realitas kekinian tidak bisa kita pungkiri. Kaum wanita saat ini beraktivitas di sektor publik, baik sebagai profesional ataupun aktivis sosial-politik. Ada yang dengan alasan untuk melayani kepentingan sesama wanita yang fitri. Ada juga yang karena keterpaksaan. Tidak sedikit wanita harus bekerja karena ia adalah tulang punggung keluarganya. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur dengan lelaki) tidak bisa terhindari.

Untuk yang satu ini, mari kita kutip pendapat Dr. Yusuf Qaradhawi, “Saya ingin mengatakan di sini bahwa kata ikhtilath dalam hal hubungan antara lelaki dan wanita adalah kata diadopsi ke dalam kamus Islam yang tidak dikenal oleh warisan budaya kita pada sejarah abad-abad sebelumnya, dan tidak diketahui selain pada masa ini. Mungkin saja ia berasal dari bahasa asing, hal itu memiliki isyarat yang tidak menenteramkan hati setiap muslim. Yang lebih cocok mungkin bisa menggunakan kata liqa’ atau muqabalah –keduanya berarti pertemuan—atau musyarakah (keterlibatan) seorang lelaki dan wanita, dan sebagainya. Yang jelas, Islam tidak mengeluarkan aturan atau hukum umum terkait dengan masalah ini. Namun hanya melihat tujuan adanya aktivitas tersebut atau maslahat yang mungkin terjadi dan bahaya yang dikhawatirkan, gambaran yang utuh dengannya, dan syarat-syarat yang harus diperhatikan di dalamnya.”

Ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan wanita. Adab-adab itu adalah:

1. Ada pembatasan tempat pertemuan

2. Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan

3. Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan muhrimnya

4. Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan wanita

5. Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis)

6. Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah

7. Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa

8. Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya


Khusus bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit!

Dengan begitu jelaslah bahwa Islam tidak mengekang wanita. Wanita bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita muslimah yang meyakini bahwa Allah swt. melihat setiap polah dan desiran hati yang tersimpan dalam dadanya

Rabu, 6 April 2011

Saya tak nak 'HOT' di dunia..sebab takut 'HOT' di akhirat..:-O (Amek dari blog sape ekk..lupa laa..:-(..)


Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati. Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?

Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku kerana itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik? Tidak kunafikan sebagai wanita, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu kerana ia semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat lelaki-lelaki berhidung belang ingin mendekati diriku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi mereka tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristighfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan. Kehadiran mereka membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki-lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki penggoda itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana. Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu. Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dibazirkan perasaan itu kerana kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari redha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu hanya kepadaku semata-mata.

Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu kerana dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku kerana-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga. Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.

Yang dicari walau bukan putera raja, biarlah putera Agama. Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata. Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati. Yang diharap, bukan berapinya jihad pada semangat, asal perjuangannya ada matlamat. Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini serikandi dengan silam yang penuh luka. Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia. Dan yang akan terjadi, andai sama ataupun tidak dengan kehendak hati, Insya Allah ku redha kemahuan pilihan Illahi…

Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian… Semoga redha Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini. Amin.

Wahai jiwaku (amek dari Mutiara hati)..:-)



Engkau hanya mempunyai sekali hidup. Tiada sesaat pun yang telah dilalui boleh dikembalikan kerana dalam perbendaharaan Allah jumlah nafas bagimu sudah ditentukan dan tidak dapat ditambah.

Ketika kehidupan telah berakhir, tiada lagi lalu lintas rohaniah yang mungkin engkau perolehi. Kerana itu, apa yang dapat engkau kerjakan, kerjakanlah sekarang.

Beramallah hari ini sedemikian rupa seakan-akan hidupmu telah engkau habiskan dan bahawa hari ini adalah hari tambahan yang dianugerahkan kepadamu oleh rahmat Tuhan Yang Maha Berkuasa.


Kekeliruan apa lagi yang lebih besar daripada mensia-siakannya?

Jumaat, 1 April 2011

Tabiat 7′C’ Buat Suami Cari Lain..:-P


7 ‘C’ sebab Suami Benci Isteri (dari Dr Fadillah Kamsah ).Untuk semua isteri, bakal isteri dan jugak yg beristeri …

C1. CABAR
Isteri nie kalau bergaduh dengan suami mulalah kata “Kalau awak berani cubalah [cabar suami cari perempuan lain]! Dr Fadillah kata JGN CABAR SUAMI… nanti suami buat betul-betul isteri juga yg putih mata …

C2. CABUL
Perbuatan & kata2 isteri yang tak sopan (isteri hilang sifat malu) seperti keluarkan kata2 yg tidak baik pada mertua …

C3. CELUPAR
Celupar nie suku-sakat cabul juga. Isteri selalu cakap yg kotor, mungkin kadang2 terlepas cakap …

C4. COMOT
Isteri bila nak keluar rumah aje baru nak comel tapi kat rumah comot. Suami pula di opis dok nampak yg comel2 aje … Ade isteri kata – mekap untuk suami, … tapi kat rumah tak mekap pun …

C5. CEMBURU
Suami lemas kalau isteri cemburu berlebih-lebihan … sikit2 dok telefon suami kat opis. Suami baru balik kerja dah kita tanya macam-macam. Suami balik lewat overtime dah syak yg bukan2 …

C6. CEREWET
Suami tak suka bila isteri cerewet tak bertempat

C7. CINCAI
Buat kerja rumah cincai, masak cincai, kemas rumah cincai, jaga anak cincai … Dr Fadillah kata suami paling benci bila isteri cincai jaga anak … anak dah masuk longkang tapi mak dok lepak depan tv lagi …

7C ni lambang keperibadian muslimah yang lemah akhlaknya … Berpelajaran tinggi belum tentu tinggi akhlaknya. Tapi kita ni insan yg mudah lupa & lalai … ada masa2 tertentu, mungkin juga kerana sifat suami & keadaan sekeliling yang buat kita mempunyai salah satu ciri2 7C tu …

SOMBONG..:-)


Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
Tidak akan masuk syurga, siapa yang di dalam hatinya terdapat seberat zarah kesombongan. ” Maka seseorang berkata: “Bagaimana dengan seseorang yang suka memakai baju dan selipar yang cantik?” Maka berkata Rasulullah: Sesungguhnya Allah itu maha indah dan cinta pada keindahan (maksudnya, pakaian indah tidak selalu bererti kesombongan) . Alkibr (kesombongan) itu adalah menolak kebenaran dan memandang rendah remeh orang lain.” – (Hadis riwayat Muslim)

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
Tiga golongan yang tidak ditegur Allah, tidak disucikan, dah tidak diperhatikanNya kelak di hari kiamat, dan mendapat seksa yang pedih iaitu: orang tua yang tetap berzina, penguasa (pemimpin) yang dusta, dan fakir yang sombong.” -(Hadis riwayat Muslim)

Rasulullah s.a.w dalam sebuah hadisnya bersabda yang bermaksud:
Barangsiapa merasa dirinya besar, atau angkuh dalam berjalan, dia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya.” -(Hadis riwayat Muslim)

AlSurah al-Qashash; ayat 83;
Allah S.W.T berfirman yang bermaksud: “Negeri Akhirat itu (kebahagiannya dan keni’matannya) Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerosakan dimuka bumi.”

Surah Luqman; ayat 18; Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (kerana sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Rahsia Memimpin Wanita (Amek dari Tazkirah..:-)..)


Tidak dapat dinafikan bahawa hidup wanita dipengaruhi dan dikuasai oleh perasaannya. Ini kerana wanita kaya dengan perasaannya. Sembilan persepuluh (90%) daripada wanita adalah perasaannya. Hanya satu persepuluh (10%) adalah pertimbangan akalnya. Justeru itu, untuk menghadapi dan memimpin mereka agar tunduk kepada Allah swt, maka kaum lelaki hendaklah bermain dengan perasaan mereka sebanyak yang mungkin.
Jenis-jenis perasaan yang ada pada wanita amatlah banyak, antaranya perasaan marah, dendam, rasa malu, jemu, kecewa dan banyak lagi. Perasaan-perasaan ini boleh digunakan untuk kepentingan agama, dunia dan akhirat.

Bahasa samada dalam lisan atau tulisan adalah alat bagi membangkitkan rasa bagi setiap perasaan di dalam dada wanita. Dalam memimpin kaum wanita, kaum lelaki hendaklah cekap menggunakan daya fikir untuk mengolah bahasa dengan lidah yang petah supaya tercetus apa sahaja perasaan yang dikehendaki dalam hati perempuan.

Sekiranya lelaki inginkan perasaan kasih dan sayang berbunga dalam dada mereka, maka bawalah cerita-cerita kasih mesra dengan kata-kata hukamak (hikmah) mengenai kasih sayang. Sekiranya lelaki mahu perasaan rindu bertapak di hati mereka, maka bawalah kisah-kisah rindu dengan kata-kata yang berunsur kerinduan. Jikalau hendak membangkitkan rasa marah mereka, itu amatlah mudah kerana semua orang tahu caranya.

Dalam membimbing dan memimpin wanita, lelaki hendaklah merancang untuk mengubah dan mewujudkan setiap rasa yang dikehendaki dalam dada wanita yang bergelar anak, isteri dan ibu. Untuk itu seharusnya, kaum lelaki tahu dan mempunyai daya kekuatan yang tinggi supaya dapat merancang apa yang diingini pada diri setiap wanita sebelum memiliki mereka.
Disinilah antara kejayaan para Rasul, Nabi dan wali Allah swt dalam memimpin umat manusia. Mereka dapat menguruskan hati manusia kerana berjaya mencetak perasaan mereka hingga menjadi umat yang patuh dan taat kepada Allah swt.
Jangankan lelaki biasa, Nabi pun terasa sunyi tanpa wanita. Tanpa mereka, hati, fikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun sudah ada segala- galanya. Apalagi yang tidak ada di syurga, namun Nabi Adam a.s. tetap merindukan Siti Hawa. Kepada wanitalah lelaki memanggil ibu, isteri atau puteri. Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki, tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus, tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.

Tidak logik kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus. Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah, karena mereka diciptakan begitu rupa dari bahagian tubuh lelaki. Didiklah mereka dengan panduan dariNya:

JANGAN CUBA JINAKKAN MEREKA DENGAN HARTA, NANTI MEREKA SEMAKIN LIAR, JANGAN HIBURKAN MEREKA DENGAN KECANTIKAN, NANTI MEREKA SEMAKIN MENDERITA.

Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah, Kenalkan mereka kepada Allah, zat yang kekal, disitulah kuncinya. AKAL SETIPIS RAMBUTNYA, TEBALKAN DENGAN ILMU, HATI SERAPUH KACA, KUATKAN DENGAN IMAN, PERASAAN SELEMBUT SUTERA, HIASILAH DENGAN AKHLAK .

Suburkanlah kebaikan karena dari situlah nanti mereka akan nampak penilaian dan keadilan Tuhan. Akan terhibur dan berbahagialah mereka, walaupun tidak jadi ratu cantik dunia, presiden ataupun perdana menteri negara atau women gladiator.

Bisikkan ke telinga mereka bahawa kelembutan bukan suatu kelemahan. Itu bukan diskriminasi Tuhan. Sebaliknya itulah kasih sayang Allah, karena rahim wanita yang lembut itulah yang mengandungkan lelaki-lelaki berwajah: negarawan, karyawan, jutawan, hartawan, dan wan-wan lain. Tidak akan lahir superman tanpa superwoman. Wanita yang lupa hakikat kejadiannya, pasti tidak terhibur dan tidak menghiburkan. Tanpa ilmu, iman dan akhlak, mereka bukan saja tidak bisa diluruskan, bahkan mereka pula membengkokkan .

LEBIH BANYAK LELAKI YANG DIROSAKKAN OLEH PEREMPUAN DARIPADA PEREMPUAN YANG DIROSAKKAN OLEH LELAKI. SEBODOH-BODOH PEREMPUAN PUN BOLEH MENUNDUKKAN SEPANDAI-PANDAI LELAKI.

Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal Tuhan. Mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi mengenal lelaki. Kini bukan saja banyak boss telah kehilangan setiausaha, bahkan anakpun akan kehilangan ibu, suami kehilangan isteri dan bapa akan kehilangan puteri. Bila wanita durhaka, dunia akan huru-hara. Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung, hati dan limpa. Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan tetapi binalah kepimpinan diri.

Pastikan sebelum memimpin wanita menuju Allah PIMPINLAH DIRI SENDIRI DAHULU KEPADA-NYA, jinakan diri dengan Allah, niscaya jinaklah segala-galanya dibawah pimpinan anda.


JANGAN MENGHARAP ISTERI SEPERTI SITI FATIMAH BINTI RASULULLAH SAW, KALAU PERIBADI BELUM LAGI SEPERTI SAYIDINA ALI

Ayat Kursi Menjelang Tidur (Amek Dari Zulhirah)


Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," gertak Abu Hurairah.

Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan."

Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.

Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau : "Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?"
 mengeluh, "Ya Rasulullah, bahawa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahawa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya.

"Bohong dia," kata Nabi : "Pada hala nanti malam ia akan datang lagi."
Kerana Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan.Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kelmarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," ancam Abu Hurairah, sama seperti kelmarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi."

Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kelmarin. Dan setelah mendapat jawapan yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan : "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."

Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-geri disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kelmarin itu dilepaskan begitu sahaja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W ? Kenapa mahu saja ia ditipu olehnya ? "Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun."
Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri longgokan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-gerinya.
"Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga. Lepaskan saya," pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahawa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa ahirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."

"Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. "Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."
Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.
Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.
"Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.
"Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah.
"Kalimat apakah itu?" tanya Nabi.
Katanya : "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula : "Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari."

Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi S.A.W berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula : "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?"
"Entahlah." Jawab Abu Hurairah.
"Itulah syaitan." jawab Nabi S.A.W