”Jangan mencampuri urusan orang lain,” begitulah orang tua kita menasihatkan. Bagi saya pribadi, nasihat itu sangat tepat. Selain karena saya memang tidak tertarik dengan urusan orang lain, saya sendiri memiliki banyak urusan pribadi yang harus diselesaikan. Bukan hanya orang timur yang mengajarkan sistem nilai seperti itu. Orang barat pun demikian. Mereka sering berkata ;”Mind your business!” Oleh sebab itu, ’tidak mencampuri urusan orang lain’ sudah menjadi sistem nilai universal. Masalahnya, apakah kita harus selalu demikian?
Kadang kalu kita mencampuri urusan orang lain, kita jadi mudah menilai atau menarik kesimpulan atas seseorang dengan mudah, padahal belum kita cermati dan belum tahu/ tidak tahu secara pasti bagaimana permasalahannya . Dan kadang2 hal tersebut membuat kita bersikap menjadi seorang yang ahli, cenderung menasihati dan menggurui, bzy body hal orang lain, padahal diri kita sendiri belum tentu lebih baik dari orang yang kita nasihati Dan jika kita yang mengalami masalah tersebutb, belum tentu kita mampu menyikapinya lebih baik dari orang yang kita campuri urusannya dan kita nasihati itu.
Seharusnya kita bercermin terlebih dahulu, melihat diri kita, sudah sebaik dan sehebat itukah kita?? Sebelum kita mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa diminta dan tanyakan apada diri sendiri, bagaimana jika urusan pribadai kita yang diusik/dicampuri oleh orang lain tanpa kita memintanya.
Dan terkadang, ada dari kita yang melakukannya, karana rasa iri hati, cemburu, dengki, atau ada kepentingan pribadi lainnya, sehingga kehidupan orang yang yang kita iri tersebut menjadi begitu sangat menarik untuk kita ikuti, dan tentu saja, kita jadi suka/senang bila kita melihat orang yang kita iri tersebut mendapat kesusahan dan kita akan merasa susah, marah dan semakin bertambah iri hati, bila melihat orang yang kita iri tersebut, mendapat kebahagiaan. Kita pun akan cenderung lebih suka menghakimi dan bersikap sepetinya seolah2 kita ini ahli dalam menilai, padahal diri kita sendiri saja banyak kekurangan dan banyak urusan2 kita yang perlu kita perbaiki, termasuk diantaranya, memperbaiki diri kita supaya tidak lebih mudah tertarik dengan urusan orang lain dan mencampuri urusan orang lain, terutama urusan yang bersifat pribadi
Memang terlintas sepertinya kita peduli sama seseorang, tetapi jika kita tidak diminta terlibat dalam urusannya, sebaiknya kita tidak mencampuri urusan orang lain yang sifatnya pribadi
Mengingatkan itu memberitahu kepada seseorang/kelompok agar tidak melakukan hal-hal negatif, atau menyeruh kebaikan. Sementara ikut campur adalah ikut mengurusi permasalahan orang lain, dimana masalah tersebut tidak layak untuk kita campuri.
Contoh, misalnya dalam sebuah pejabat, kita cenderung lebih mudah melihat meja orang lain, tapi tidak semudah itu saat kita melihat meja kita sendiri. Ada kejadian menarik. Seseorang mendatangi meja orang lain, lalu menyampaikan ’petua’ tentang bagaimana seharusnya sebuah meja ditampilkan. Pada saat kejadian itu berlangsung, mejanya sendiri memang ’sedang bersih’. Tetapi, pada kesempatan lain, meja org itu sendiri dia ditinggalkan dalam keadaanberserak. Sedangkan meja orang yang pernah dikritiknya sudah terbiasa bersih seperti yang dulu pernah diajarkan oleh beliau. Orang yang pernah dikritiknya bertanya; ’Apakah meja saya sudah seperti yang En/Cik nasihatkan?”. Dia menjawab; ”Oh ya. Kan seperti itu amat bagus…” Beliau berkata sambil tetap membiarkan mejanya sendiri dlm keadaan berserak. Apakah ini kisah rekaan belaka? Silakan timbang-timbang sendiri saja.
Faktanya, kita sering tergoda menyarankan orang lain untuk mengurusakn hidupnya. Namun, lupa untuk menguruskan hidup kita sendiri. Padahal, memang meja itu tidak selamanya rapi. Dia pasti berserak saat kita tengah bekerja keras. Hidup kita juga tidak selamanya indah. Ada kalanya bermasalah juga. Tetapi, jika kita terus berusaha tanpa henti untuk menguruskannya dagan baik, maka paling tidak; orang juga tahu kalau kita terus berusaha untuk merapikan meja kita sendiri.
Bagaimana dengan kekwn selama ini, apakah kekwn termasuk orang yang suka mencampuri urusan pribadi orang lain (tanpa diminta)? Apakah kita termasuk orang yang lebih tertarik dengan masalah pribadi orang lain? Kalau iya, cer tanyakan pada diri sendiri dengan jujur, apa alasannya? Aatau jangan2 kita mencampuri dan selalu ingin tahu kehidupan orang lain, karena rasa iri hati kita terhadap orang yang hidupnya selalu kita ikuti/ kita jadikan pusat perhatian kita? Tanyakan dengan jujur, apakah kita merasa senang kalau memlihat orang yang selalu kita ingin tahu bagaimana kehidupan pribadinya,itu, mendapat kesusahan? Apakah kita telah menjadi orang yang susah melihat org lain senang dan senang bila melihat orang lain susah? Hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya.
Sementara tanpa kita sadari, sungguh alangkah bahagianya seseorang yang kita perlakukan seperti itu, karena ia menjadi pusat perhatian, seperti selebritis, beruntunglah orang tersebut, khususnya bila kita mengamatinya karena rasa iri hati dan ada dengki didalamnya.
Kita semua tahu, bahwa hidup didunia ini hanya sementara, smoga kita boleh mengisinya dengan hal2 yang jauh lebih bermanfaat untuk akhirat kita, karena setiap hati, pikiran kita, pendengaran, penglihatan kita, kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Allah SWT berfirman “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. QS 17:36)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan